2008-12-16

ARTICLE

English Version:

Sunda House Article

by: Mr. Jamal

A form of home and community is a choice of various decisions
considerations such as geography, climate, materials and technology that is, art,
cosmological view of life and based on the trust of the system.
options for a building that still has
the unique called up to their own style or style (James C. Snyder, 1991).
The characteristics of a general style can be identified through a form that looks like
roof form, the material, orients direction, the division of space and how
connected with the land, ornaments and so on which all give
cultural identity as well as the building of a community that created them.
As Sunda style house is one of the same model with the ongoing
built in time, become a tradition and identity of the Sunda home.

Differentiation in the home space in the Sunda has been known since time for old-fashioned
function and the different. Differentiation space is determined by the value that
including the effect of the difference in roles that traditionally divided
according to gender, the mother (women) and men (the father). Areas such as the future
Tepas down (terrace) and Tepas up (room) is the men area
Pawon (kitchen) and goah (unhulled rice warehouse) of women. Public spaces
such as the middle of a room-neutral because it is a space place
family. Despite changes in the building, in the villages condition
the division of space is still visible, mothers tend to be a neighbor to the kitchen,
not to the living room. Proximity inter-space is set according to its function. Like
goah close to the kitchen, bedroom, parents are put in the back of the room
children with the intention that children can watch parents.

Hateup/ roof the house is traditional in this country (Indonesia) who can
be easily and become one of the most prominent. Hateup form (roof)
Sunda style the most simple and widely used is the only jolopong
has two roof-shaped area of the same (model saddle). Roof parahu kumureb
the roof is shaped trapesium. Some of the unique roof is julang ngapak,
based on the shape of a bird similar julang middle wing span
such as that found in the village and the village of Naga Papandak Paseh Garut (Haryoto
Kunto, 1985:271), Tagog Jogo dog or dog is building a roof
Viewed from the side that looks like a dog with a slightly different form
Badak heuay rhinoceros (rhinoceros yawn). Some other form of roof looks relatively the same
with elsewhere, including in the use of natural materials such as ijuk or
reed to cover the roof. Meanwhile, the material used
comes on the availability of the general environment in the form of stone, wood and
bamboo. All this Sunda style house-shaped stage, have to pit
the air flow under the house.

The type of wood that grows in Tatar Sunda (Sunda Area) as jeungjing, ki rain, teak, suren
and a variety of bamboo (Bitung, Bitung bamboo, Awi strap (Strap bamboo), black bamboo) each have
different and used for building construction in accordance with the different
the nature of the material. Wood is the most powerful such as teak be used as
the construction as the main pillar of stone set as tatapakan or
foundation. Meanwhile, in addition to the door of teak also use suren, and jengjen.
To use the bamboo walls of bamboo or rope Bitung (Awi strap) that wattled
a closet.

With the bricks, the material is replaced with a brick wall, as well as the
roof, which was by now ijuk with tile. The replacement of many materials
the housing conditions. Space that is quite comfortable because the air entering through
chamber walls become relatively more heat because of a brick wall masif
also because no longer shaped stage that allows the home is in
'wind up' comfortable.

Election material as forming home while also giving the image of the house
a certain style is very important because it is most easily recognized. That is
the reason, now the most common way to make the traditional home
marked with the material that is used first. As re -
ijuk to use the room for the roof and walls.

Above all, the value-system of the Sundanese people of yore certainly
become a home base establishment antique models like. The wall material
only a thin sheet room, roof of ijuk, and building portico
a set of stone to have a hollow gaze, of course can only be made
in an environmental governance with the community-values that have been high. Building
model may be not so built in the middle of the community with
still barbarian.

Home culture and in view of the Sunda-view model that
Indeed, it is very simple shelter from nature such as
rain, wind, night, and animals. Not the enemy of the human form. Human
other since first treated with full respect and this is reflected
views of life in the front, the attitude hade ka semah (be
both at the front).

Development of the era has given effect to the changes in the home community
Sundanese. The more influence from the outside and the presence of a new technology,
such as start named brick and tile that has been extraordinary
change the form of Sundanese people home.

Academic approach to housing the functional approach departs from
also a bit much for the space division of the house. Bathroom and kitchen
which has traditionally placed on the back because the area is considered dirty,
with a modern approach and the results of a study of the behavior, experience
changes. Entered a bathroom to the house and often close to the bedroom.
With the new technology, such as cooking kerosene stove, gas stove and
electricity, has been the pattern and procedure in the kitchen. However, the
course material is just the media in their time to realize the values that
owned. Thus, although the home Sundanese people nowadays no longer
such as the traditional model, for people in it building life with values
kesundaan or Sunda tradition, home is still worth a house called Sunda.


Mang Jamal

Master of Design Alumni ITB

Design lecturer Itenas


Community Urang Sunda -> http://www.urang-sunda.or.id/

Yahoo! Groups Links

To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/



Translated by : drazs
To visit blog : www.drazs.blogspot.com


Indonesian Version:

[Urang Sunda] Artikel Imah Sunda tea
baraya, ieu duka versi nu kasabara tina seratan Imah Sunda. Benten sakedik
sareng nu dimuat di Kompas Jabar 3 maret, nu kedah 4500 character with space
teu meunang leuwih. hanjakal teu tiasa sareng gambarna. benten sareng rubrik
Desain Kompas Minggu. di Kompas Jabar, rubrikna Forum, siga Opini.

----------------

Mengenal Kembali Rumah Sunda

oleh : Mang Jamal

Bentuk rumah suatu komunitas merupakan pilihan dan keputusan dari berbagai
pertimbangan seperti geografis, iklim, material dan teknologi yang ada, seni,
pandangan hidup dan kosmologi berdasarkan sistem kepercayaan yang dianut.
Pilihan terhadap suatu bentuk bangunan yang bersifat tetap ini memiliki
keunikannya sendiri hingga disebut gaya atau langgam (James C. Snyder,1991).
Ciri-ciri umum suatu gaya dapat dikenali lewat rupa yang terlihat seperti
bentuk atap, pemakaian material, arah orentasi, pembagian ruang serta caranya
dihubungkan dengan tanah, ornamen dan sebagainya yang semuanya memberi
identitas bangunan sekaligus kebudayaan dari komunitas yang menciptakannya.
Seperti rumah gaya Sunda adalah model dengan ciri sama yang terus-menerus
dibangun pada masanya, menjadi tradisi dan menjadi identitas rumah orang Sunda.

Pembedaan ruang di dalam rumah Sunda telah dikenal sejak jaman baheula untuk
fungsi dan pemakai yang berbeda. Pembedaan ruang ini ditentukan oleh nilai yang
berlaku termasuk perbedaan peran penghuni yang secara tradisional dibedakan
menurut gender, antara ibu (perempuan) dan laki-laki (ayah). Area depan seperti
tepas bawah (teras) dan tepas atas (ruang tamu) adalah wilayah laki-laki sedang
pawon (dapur) dan goah (gudang gabah) wilayah perempuan. Ruang-ruang umum
seperti ruang-tengah bersifat netral karena merupakan ruang tempat berkumpul
keluarga. Meskipun terjadi perubahan pada bentuk bangunan, di desa-desa kondisi
pembagian ruang ini masih tampak, ibu-ibu tetangga cenderung bertamu ke dapur,
tidak ke ruang tamu. Kedekatan antar-ruang diatur menurut fungsinya. Seperti
goah berdekatan dengan dapur, kamar tidur orangtua diletakkan di belakang kamar
anak dengan maksud agar anak-anak dapat terawasi orangtua.

Atap atau hateup adalah bagian rumah tradisional di negeri ini yang dapat
dengan mudah dibedakan dan menjadi ciri paling menonjol. Bentuk hateup (atap)
gaya Sunda yang paling sederhana dan banyak dipakai adalah jolopong yang hanya
memiliki dua bidang atap berbentuk sama (model pelana). Atap parahu kumureb
adalah atap berbentuk trapesium. Beberapa yang unik adalah atap julang ngapak,
berdasarkan bentuknya yang mirip seekor burung julang tengah merentangkan sayap
seperti yang terdapat di kampung Naga dan desa Papandak Paseh Garut (Haryoto
Kunto,1985:271), Tagog anjing atau jogo anjing adalah atap bangunan yang
dilihat dari samping tampak seperti anjing yang berbeda sedikit dengan bentuk
badak heuay (badak menguap). Beberapa bentuk atap lainnya tampak relatif sama
dengan di tempat lain termasuk dalam penggunaan material alam seperti ijuk atau
alang-alang untuk bagian penutup atap. Sementara material yang dipakai
bersumber pada ketersediaan di lingkungan yang umumnya berupa batu, kayu dan
bambu. Semua rumah gaya Sunda ini berbentuk panggung, memiliki kolong hingga
udara juga mengalir di bawah rumah.

Jenis kayu yang tumbuh di Tatar Sunda seperti jeungjing, ki hujan, jati, suren
dan bermacam bambu (bitung, awi tali, bambu hitam) masing-masing memiliki sifat
yang berbeda dan dipakai untuk konstruksi bangunan yang berbeda sesuai dengan
sifat material. Kayu yang paling kuat seperti jati tentulah dipakai sebagai
bagian konstruksi utama seperti tiang yang menjejak batu tatapakan sebagai
pondasi. Sementara untuk pintu selain jati juga menggunakan suren, dan jengjen.
Untuk dinding menggunakan bambu bitung atau bambu tali (awi tali) yang dianyam
menjadi bilik.

Dengan adanya bata, bahan dinding diganti dengan bata, demikian juga bagian
atap yang dulu oleh ijuk sekarang dengan genteng. Penggantian material banyak
merubah kondisi hunian. Ruang yang semula cukup nyaman karena udara masuk lewat
dinding bilik menjadi relatif lebih panas karena berdinding bata yang masif
juga karena tidak lagi berbentuk panggung yang memungkinkan rumah berada di
'atas angin' yang nyaman.

Pemilihan material sebagai pembentuk rumah juga sekaligus memberi citra rumah
bergaya tertentu sangat penting karena ia paling mudah dikenali. Itulah
sebabnya, cara paling umum sekarang untuk membuat rumah berciri tradisional
ditandai dengan pemakaian material yang dahulu dipakai. Seperti kembali
menggunakan ijuk untuk atap dan bilik untuk dinding.

Diatas semua itu, tata-nilai yang dianut masyarakat Sunda dahulu kala tentulah
menjadi landasan terwujudnya rumah antik model begini. Material dinding yang
hanya selembar bilik yang tipis, atap dari bahan ijuk, dan bangunan bertiang
yang menjejak batu tatapan hingga memiliki kolong, tentunya hanya dapat dibuat
disebuah lingkungan masyarakat dengan tata-nilai yang sudah tinggi. Bangunan
model begitu tidak mungkin dibangun di tengah masyarakat dengan peradaban yang
masih barbar.

Rumah dalam kebudayaan dan pandangan orang Sunda-melihat modelnya yang
sesungguhnya sangat sederhana itu adalah tempat berlindung dari alam seperti
hujan, angin, malam, dan binatang. Bukan dari musuh berupa manusia. Manusia
lain sejak dahulu diperlakukan dengan penuh penghargaan dan hal ini tercermin
dari pandangan hidup dalam menghadapi tamu, yaitu sikap hade ka semah (bersikap
baik pada tamu).

Perkembangan jaman telah memberi pengaruh pada perubahan rumah di masyarakat
Sunda. Lebih-lebih pengaruh dari luar dan hadirnya teknologi yang lebih baru,
seperti mulai dikenalnya batu bata dan genteng yang secara luar biasa telah
merubah bentuk rumah orang Sunda.

Pendekatan akademis terhadap hunian yang berangkat dari pendekatan fungsional
juga sedikit banyak telah merubah pembagian ruang rumah. Kamar mandi dan dapur
yang secara tradisional ditempatkan di belakang karena dianggap area kotor,
dengan pendekatan modern dan hasil studi perilaku penghuni, mengalami
perubahan. Kamar mandi dimasukkan ke rumah dan sering dekat dengan kamar tidur.
Dengan teknologi memasak yang baru seperti kompor minyak tanah, kompor gas dan
listrik, telah merubah pola dan tata cara di dapur. Meskipun demikian, tentu
saja material hanyalah media pada jamannya untuk mewujudkan nilai-nilai yang
dimiliki. Dengan demikian, meskipun rumah orang Sunda dewasa ini tidak lagi
seperti model tradisional, selama penghuninya hidup dengan nilai-nilai
kesundaan, rumah itu masih layak disebut rumah Sunda.


Mang Jamal

Alumni Magister Desain ITB

Dosen Desain Itenas


Komunitas Urang Sunda --> http://www.urang-sunda.or.id/

Yahoo! Groups Links

To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

0 komentar:

All about drazs

Comments


Entri Populer